Senin, 18 Mei 2009

JANGAN BERSUNGUT-SUNGUT, TETAPI BERSABARLAH DIDALAM TUHAN


JANGAN BERSUNGUT-SUNGUT, TETAPI BERSABARLAH DIDALAM TUHAN

Keluaran 15:22-27

Keluaran menceritakan dengan dahsyat kemuliaan Allah, yang membawa bangsa Israel ke luar dari Mesir dan memelihara orang Israel hingga menuju tanah Kanaan. Orang Israel adalah umat pilihan Allah, yang sangat dikasihi oleh Allah. Sebenarnya, tidak ada kewajiban bagi Tuhan untuk membebaskan orang Israel dari tanah Mesir. Orang Israel dibebaskan dari Mesir hanya karena anugerah Allah. Orang Israel sudah dibebaskan oleh Allah dari perbudakan di Mesir. Ketika mereka baru keluar dari tanah Mesir, TUHAN langsung memimpin mereka melalui tiang awan dan tiang api. Tiang awan membuat orang Israel teduh ketika siang, dan tiang api memberi kehangatan dan menerangi jalan bagi orang Israel ketika malam. Siang malam TUHAN setia memimpin bangsa Israel. Ketika orang Mesir sudah berada di dekat orang Israel yang sedang berkemah di tepi Laut Teberau, tiang awan yang tadinya berada di depan orang Israel pindah ke belakang orang Israel, sehingga membuat mata orang Mesir kabur dan tidak bisa melihat orang Israel, sehingga bangsa Israel aman dari tangan orang Mesir yang sebenarnya sudah sangat dekat. Tuhan meniupkan angin semalam-malaman hingga Laut Teberau terbelah, sehingga orang Israel dapat berjalan di tengah laut. Betapa besar kemuliaan TUHAN! Ketika orang Israel sampai di seberang, TUHAN mencampakkan orang Mesir di tengah-tengah laut, hingga semuanya mati dan mayat mereka berserakkan di pantai. Betapa dahsyat hukuman TUHAN bagi orang berdosa dan betapa dahsyat pula kasih TUHAN kepada umat pilihanNya, yang seharusnya sama-sama binasa karena dosa.

Setelah sampai di seberang, umat pilihan Allah berjalan ke padang gurun Syur, menuju ke tanah Perjanjian. Di padang gurun Syur selama tiga hari, mereka tidak mendapat air. Kemudian mereka sampai ke Mara. Di Mara, air terasa pahit dan tidak dapat diminum. Belum lama setelah mereka melihat mujizat pembebasan yang begitu dahsyat dari TUHAN, orang Israel bersungut-sungut kepada Musa karena kekurangan air. Mereka bukan dengan rendah hati memohon berkat (air) dari TUHAN, tapi malah meragukan rencana TUHAN dan bersungut-sungut kepada Musa. TUHAN bermurah hati memberikan mereka air yang manis untuk diminum.

Mereka terus berjalan menuju tanah Kanaan, kemudian mereka sampai di Elim. Di Elim, TUHAN menyediakan dua belas mata air dan tujuh puluh pohon korma. Ketika orang Israel berlimpah berkat, tidak dicatat mereka mengucap syukur kepada TUHAN. Mereka menganggap bahwa berkat TUHAN itu layak untuk mereka terima! Celakalah kita yang menganggap bahwa segala kebaikan yang secara rutin kita terima itu layak kita dapatkan! Semua yang baik adalah berasal dari Allah! Kita masih hidup sekarang adalah hanya kemurahan Allah!

“TANGAN TUHAN TIDAK KURANG PANJANG UNTUK MEMBERKATI KITA

DALAM KEBUTUHAN YANG KITA PERLUKAN”

Bagaimana Sikap kita dalam menghadapi kondisi Kekurangan?

I. JANGAN BERSUNGUT-SUNGUT (Ayat 22-24)

  • Ketika bangsa Israel tiba di Mara mereka mendapati air yang pahit sehingga tidak bisa minum air tsb; maka mulailah mereka bersungut-sungut. Dalam Alkitab Bahasa Sehari-Hari ditulis mereka “mengomel”.
  • Air yang pahit berbicara mengenai keadaan / kehidupan yang sulit. Hidup kita bisa saja alami keadaan yang pahit karena kesulitan ekonomi, pekerjaan / usaha, masalah rumah tangga, dll. Apa reaksi sdr ketika menghadapi keadaan yang sulit? (Tanyakan kepada jemaat yang hadir).
  • Reaksi dengan bersungut-sungut, menggerutu atau mengomel dan marah tidak akan menyelesaikan persoalan. Ini adalah reaksi yang salah.

Tuhan yang menempatkan Israel untuk menjalani padang gurun, juga Tuhan juga yang menuntun dan menjaga bahkan memberkati mereka. Jadi banga Israel tidak pantas untuk bersungut-sungut. Demikian juga kehidupan kita ditempat ini jikalau Tuhan yang menempatkan kita ditempat ini, dan diijinkan untuk mengalami berbagai kondisi yang tidak cocok, tidak enak, bahkan harus mengalami kepahitan dan tekanan, PERCAYALAH Tuhan Yesus yang akan menopang, menolong, memberkati, bahkan menyediakan kekurangan kita.

Dalam Yakobus 5:9 “JAnganlah kamu bersungut-sungut…..”

NIV: Do not grumble against each other (= janganlah bersungut-sungut satu kepada yang lain / menentang satu sama lain).

NASB: Do not complain brethren, against one another (= janganlah mengeluh satu kepada yang lain / menentang satu sama lain).

Ini bisa berarti bahwa kita tidak boleh:

a) Saling menyalahkan.

Kalau satu keluarga mengalami penderitaan, maka seringkali mereka saling menyalahkan satu sama lain, sehingga justru memperberat penderitaan, dan memperkecil kekuatan mereka dalam menghadapi penderitaan.

b) Bersungut-sungut kepada orang kristen yang lain dan menga­takan bahwa Allah tidak adil / kasih.

Ingat bahwa kita memang boleh untuk sharing tentang penderitaan yang kita alami, tetapi tidak boleh dengan nada menyalahkan Allah / mengecam Allah!

c) Bersungut-sungut tentang orang kristen yang lain.

d) Bersungut-sungut kepada Tuhan dan meminta Tuhan membalaskan dendamnya. Kita boleh saja menceritakan kepada Tuhan tentang segala penderitaan kita dan bahkan tentang orang-orang yang mem­buat kita menderita, tetapi jangan dengan hati yang menginginkan balas dendam!

e) Bersungut-sungut karena orang kristen yang lain lebih baik nasibnya.

Bersungut-sungut bukanlah dosa yang bisa diabaikan / diremeh­kan. Tuhan tidak senang melihat kita bersungut-sungut, karena bersungut-sungut menunjukkan:

· tidak / kurang percaya.

· tidak puas / iri hati.

Kalau saudara suka bersungut-sungut, ingatlah bahwa dahulu Tuhan menghukum bangsa Israel karena dosa ini, dan semua ini terja­di sebagai contoh bagi kita (bdk. 1Kor 10:6,10).

Karena itu, kalau saudara adalah orang yang sering / selalu bersungut-sungut pada waktu mengalami penderitaan / kesukaran, mintalah ampun kepada Tuhan atas dosa itu, dan mintalah supaya Tuhan menolong saudara untuk bisa berhenti dari dosa itu!


+ Katakan kepada yang lain: “Kalau sedang Hadapi Masalah, Jangan Bersungut-Sungut!”

II. BERSERU KEPADA TUHAN (Ayat 25-27)

  • Dalam situasi dan peristiwa yang sama Musa bereaksi berbeda dengan bangsa Israel. Musa berseru-seru memanggil nama Tuhan. Dalam Alkitab Bahasa Sehari-Hari ditulis; “Musa berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan”.
  • Ketika Musa berseru kepada Tuhan, maka Ia memberikan solusi yaitu menunjukkan sepotong kayu dan Musa melemparkan kayu tersebut ke dalam air. Air yangh pahit tadi berubah menjadi air yang manis dan mereka bisa minum sepuasnya. Reaksi yang benar akan menghasilkan solusi yang tepat. Bahkan luar biasa dari Tuhan.
  • Tuhan bukan saja mengubah air yang pahit menjadi manis, tetapi juga berjanji melindungi mereka dari penyakit dan menyembuhkan mereka. Bahkan Tuhan menuntun perjalanan mereka kepada 12 mata air dan 7 pohon korma. Ini menggambarkan hidup yang keberkatan dan berkelimpahan (Baca ayat 27).

+ Illustrasi: Ada orang tua yang menderita karena anaknya terjerat dengan narkoba. Mereka sudah berulang-ulang berusaha menasehati anaknya tetapi tidak berhasil. Akhirnya mereka datang kepada Tuhan. Mereka berdoa sungguh-sungguh kepada Tuhan. Setelah beberapa tahun berdoa akhirnya Tuhan mengubah dan memulihkan anaknya. Sekarang ia sudah bekerja dan hidup bahagia dengan keluarganya. Tuhan itu luar biasa dan sanggup menjawab doa kita.

+ Ucapkan: “Tuhan Pasti Menjawab Seruan Doaku”.
+ Katakan kepada yang lain: “Tuhan Pasti Memulihkan Hidupmu”.

III BERSABARLAH (ay. 26-27)

a) Sabar dalam penderitaan, juga berarti bahwa kita tidak bersungut-sungut dalam menghadapi penderitaan.

b) Sabar juga berarti tidak iri hati melihat nasib orang lain yang tidak mengalami penderitaan seperti kita.

c) Sabar juga berarti bahwa kita tunduk / berserah sepenuhnya pada kehendak Allah, dan tidak memberontak / marah kepada Allah, pada waktu kita mengalami penderitaan.

Renungkan: apakah saudara sabar dalam mengalami penderitaan?

Bertahan hingga pada ahirnya (Filipi 1:6)

Di Tangan Tuhan:

Hidup anda, Waktu anda, Harta anda, Tenaga anda, Cita-cita anda, Suara anda, Talenta anda

Karena itu Jangan Bersungut-Sungut Tetapi berrsabarlah.

Sebelum kamu bersungut-sungut tentang sekolahmu pikirkanlah orang yang tidak sekolah.

Sebelum kamu bersungut-sungut tentang hidupmu dan masa depanmu pikirkanlah mereka yang gila.

+ Ucapkan : “Saya Tidak Bersungut-sungut Lagi”. ( Jangan Suka Bersungut-sungut!).

ALLAH MEMAKAI KESULITAN UNTUK MEMBUAT KITA LEBIH BAIK BUKAN LEBIH PAHIT!

Selasa, 12 Mei 2009

Saatnya Untuk Menyendiri


Saatnya Untuk Menyendiri

Matius 26:36-46

Melewati cobaan tidaklah mudah, akan tetapi memerlukan mujizat, kuasa dan pertolongan Tuhan. Bersekutu secara pribadi adalah salah satu caranya untuk memperoleh kuasa dan pertolongan Tuhan tersebut.

Kuasa Roh Kudus yang memampukan setiap orang percaya untuk melewati tantangan/masalah yang sangat sukar, sehingga masalah itu jadi berkat bagi diri kita ataupun orang lain.Dan Roh Kudus akan mengingatkan orang percaya untuk selalu menyerahkah hidup dan bersekutu dengan Tuhan. Sebab kalau tidak didalam Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa untuk membela hidup kita dari cobaan.(Yoh. 15:5, 2 Kor. 13:8).

Bagaimana kita caranya untuk menyendiri?

v Mencari tempat yang aman yang memungkinkan jiwa dan roh kita fokus kepada Tuhan., bukan seperti orang-orang farisi yang berdoa ditengah2 keramaian.

v Musa pergi ke gunung Sinai untuk menyendiri dengan tujuan untuk berhubungan dengan Tuhan secara langsung.

Mengapa dan untuk apa kita menyendiri?

  1. Untuk Mengungungkapkan isi hati kepada Tuhan (ay. 38,39,42,44)

Yesus sangat sedih dan gelisah karena penderitaan fisik yang akan segera dialami-Nya, pemisahan-Nya dari Bapa-Nya, dan kematian untuk dosa-dosa dunia. Jalannya kejadian-kejadian sudah ditentukan Tuhan, tetapi Ia dalam sifat kemanusiawian-Nya masih bergumul (Ibrani 5:7-9). Karena penderitaan-Nya yang berat itu, Ia dapat mengerti penderitaan kita.

Bergumul merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pertolongan Tuhan. Bergumul tidak hanya sekedar mengungkapkan isi hati kita kepada Tuhan, akan tetapi iman juga harus kuat. Apa artinya kita mengungkapkan isi hati kalau kita tidak percaya? Percaya adalah sebagai jaminan untuk mendapatkan pertolongan Tuhan (Mzm. 91:2).

Oleh karena itu adakan persekutuan pribadi dengan Tuhan untuk mencurahkan segala isi hati kita denganpenuh kepercayaan. Mengungkapkan isi hati adalah tanda bahwa kita memiliki iman dan percaya kepada Tuhan (Mzm 62:9) – curahkanlah isi hatimu kepada Tuhan sebab Tuhanlah tempat perlindungan kita.

  1. Untuk berjaga-jaga (ay. 41)

Ketika Tuhan Yesus melihat murid-muridnya yang kedua kali, Ia mendapati mereka sedang tidur. Tidakkah engkau dapat berjaga-jaga bersama hanya satu jam saja? Berjagalah bersama Aku, supaya penggoda tidak menguasai kamu. Memang rohmu mau melakukan yang benar tetapi kalian tidak sanggup karena tabiat manusia itu lemah. (BIS)

Hal ini mengindikasikan bahwa sipenggoda baik dari diri maupun dari luar akan terus mengintai hidup kita (I Kor. 7:5). Oleh karena itu dengan menyediakan saat-saat untuk menyendiri maka kita akan lebih berjaga-jaga dengan tidak memberi tempat kepada sipenggoda (Efesus 4:27).

Saat ini ada banyak serangan iblis, yang membuat hidup orang percaya mengalami sakit, lemah, menggoncang, bahkan merasuk pikiran kita untuk melakukan hal-hal yang tidak berkenan dihadapan Tuhan. Karena itu berjaga-jagalah dan adakan persekutuan pribadi dengan Tuhan supaya hidup kita sepenuhnya dikuasai oleh Tuhan.

  1. Untuk Menginginkan kehendak Tuhan (ay. 39,42,44)

Apakah Yesus mencoba mengelak dari tugas-Nya? Yesus menyatakan perasaan-Nya yang sebenarnya, tetapi Ia tidak menyangkal atau memberontak terhadap kehendak Tuhan. Ia menegaskan kembali keinginan-Nya untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki. Doa Yesus menggarisbawahi penderitaan berat yang harus Ia alami yaitu penderitaan yang sangat besar karena Ia harus menanggung dosa seluruh dunia. “Cawan” adalah lambang dari penderitaan karena terpisah dari Allah Bapa di kayu Salib (Ibrani 5:7-9). Anak Allah yang tidak berdosa harus menanggung dosa-dosa kita dan semenrtara terpisah dari Allah, supaya kita dapat diselamatkan untuk selama-lamanya. Sementara Yesus menyendiri berdoa, Yesus sadar apa artinya melakukan kehendak Tuhan. Ia memahami penderitaan yang segera akan dialami-Nya, dan Ia tidak mau menjalani pengalaman yang mengerikan itu. Tetapi Yesus berdoa, “Aku menginginkan kehendak-Mu, bukan kehendak-Ku.” Yesus harus melaksanakan misi-Nya yaitu melewati cawan/penderitaan supaya yang percaya memperoleh kemenangan. Ahirnya cawan itu jadi berkat bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.

Semua yang pantas dimiliki ada harganya. Berapa harga komidmenmu kepada Tuhan? Anda harus bersedia untuk membayar kalau mendapat sesuatu yang pada akhirnya berharga untuk dimiliki.

Banyak orang memaksa supaya Tuhan memberitahukan kehendak-Nya, bahkan hati saya sendiripun pernah seperti ini. Akan tetapi jangan….sebab Tuhan tidak menahan kehendaknya. Sangat tidak masuk akal jikalau karena kita mengetahui kehendak-Nya, maka kita memuliakan Tuhan. Itu sangat keliru sebab:

- Jikalau berkat atau yang enak saja maka memuliakan

- Jikalau Dia mengijinkan cobaan maka yang timbul sakit hati

Jangan…bahkan jauhkan hal ini dari hati kita. Katakan kepada Tuhan:

v Here I am – Ini aku Tuhan

v Do Your will – lakukanlah kehendakMu

Sebab:

v Aku tahu siapa yang kupercaya

v Masa depan yang penuh harapan adalah milikku

Jika Doamu hidup maka kamu akan hidup dalam doamu.

Jika Penyembahanmu hidup maka kamu akan hidup dalam penyembahanmu.

JESUS BLESS US

Minggu, 26 April 2009

TERGERAK UNTUK BERTINDAK

OLEH: ERWIN SIMANJUNTAK


TERGERAK UNTUK BERTINDAK

MATIUS 9:35-38

Perikop ini merupakan pendahuluan atau pengantar bagi pasal berikutnya yang menceritakan tentang Kristus mengutus rasul-rasul-Nya. Ia memperhatikan orang banyak (ay. 36); Ia tidak hanya memperhatikan orang banyak yang mengikuti-Nya, melainkan juga orang banyak yang (sambil Ia lewat) dilihat-Nya memenuhi daerah pedesaan. Ia memperhatikan bagaimana kota-kota dan desa-desa itu terpenuhi dengan jiwa-jiwa, dan betapa padat penduduknya; bagaimana banyaknya jemaat di setiap rumah ibadat, dan bagaimana gerbang-gerbangnya dipenuhi dengan kumpulan orang banyak. Sungguh pesatnya pertumbuhan penduduk bangsa itu. Perhatian kita terhadap orang lain menunjukkan bahwa kita mengasihi orang tersebut.

Mengasihi Tuhan dengan segenap hati nyata, ketika kita rindu membawa jiwa kepada Tuhan.

Teladan apa yang perlu kita contoh dari perbuatan Yesus?

  1. Ia mengasihi mereka dan peduli dengan mereka.(ay. 36); tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan terhadap mereka, bukan tergerak oleh karena masalah duniawi, seperti ketika Ia mengasihani orang buta, orang lumpuh, dan orang sakit, melainkan karena masalah rohani. Mereka lelah, mereka miskin, susah, dan letih bahkan mereka terlantar seperti domba yang tidak bergembala.

Dalam versi/pendapat Barnes “Mat 9:36 But when he saw the multitudes - That followed him from place to place. When he saw their anxiety to be instructed and saved.

“Tetapi ketika Ia lihat orang banyak- [yang] mengikuti Dia dari satu tempat ke lain tempat. Ia lihat ketertarikan mereka untuk diajar/diperintah dan diselamatkan.

Jadi memang benar-benar orang banyak saat itu sangat perlu dan harus diajar supaya mereka mendapat keselamatan.

Siapakah Tuaian itu?

Dalam ayat 37 mengatakan “Tuaian memang banyak…”. Yesus memperingatkan semua orang percaya agar selalu mengingat bahwa orang yang terhilang mempunyai jiwa abadi yang sangat berharga dan harus tinggal di sorga atau di neraka, dan bahwa banyak dari mereka dapat diselamatkan apabila ada yang memberitakan Injil kepada mereka. Pernyataan ini berarti memberitahukan bahwa “tuaian atau θερισμος” itu adalah orang-orang yang percaya dan orang-orang yang belum percaya. Sebab tujuan pemberitaan Injil kepada orang-orang percaya adalah untuk meneguhkan iman mereka, sedangkan tujuan pemberitaan Injil kepada orang-orang yang belum percaya adalah untuk mempertobatkan mereka sehingga percaya kepada Yesus dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Jadi tuaian itu harus dituai, sebab masa menuai harus menuai. Jikalau masa menuai itu tidak menuai maka tuaian itu akan terhilang. Hal ini mengungkapkan kepada para penuai bahwa ini adalah suatu kesempatan (kairos/anugrah) yang harus tidak dilewatkan, atau diabaikan begitu saja.

  1. Ia menggugah murid-murid-Nya untuk berdoa bagi mereka (ay.37-38). Rasa kasihan-Nya membuat Dia merancang suatu sarana demi kebaikan orang-orang ini. Tampak bahwa pada kejadian ini sebelum Ia mengutus para rasul-nya Ia sendiri menghabiskan waktu-Nya untuk berdoa. Perhatikanlah, kita harus mendoakan orang-orang yang kita kasihani. Setelah berdoa kepada Tuhan bagi mereka, Ia berbalik kepada murid-murid-Nya dan memberitahu mereka.

Siapakah yang akan menuai?

Bagaimanakah permasalahannya? ….tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit….Kata “pekereja-pekerja/έργαται (jamak)” artinya orang-orang yang sangat dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan. Orang memerlukan pengajaran yang baik akan tetapi hanya ada sedikit pengajar yang baik. Jadi ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan ada banyak hal yang baik dan besar mungkin untuk dilakukan, namun dibutuhkan tangan-tangan yang mau melakukan pekerjaan itu.

Dalam ayat 9:38 “Mintalah kepada tuan…mengirimkan..”. Ayat ini mengungkapkan salah satu prinsip rohani Tuhan sendiri. Sebelum Ia bertindak, biasanya Tuhan memanggil umat-Nya untuk berdoa. Hanya setelah umat-Nya berdoa barulah Tuhan melakukan pekerjaan-Nya. Dengan kata lain, Tuhan membatasi diri-Nya pada doa-doa umat-Nya. Jelaslah konteksnya dalam ayat 35, bahwa macam pekerja yang diinginkan Yesus dalam pekerjaan-Nya adalah mereka yang (1) mengajar dan memberitakan Injil Kerajaan (9:35), (2) menyembuhkan orang sakit dan (3) mengusir roh jahat (10:1).

Ada beberapa hal yang perlu kita pelajari dari perikop ini;

a) Tuhan adalah Tuan yang empunya tuaian; Bapa-Kulah pengusahanya (Yoh 15:1). Tuaian itu di kumpulkan bagi-Nya dan untuk melayani-Nya, untuk pekerjaan dan kehormatan-Nya.”Kamu adalah kawan sekerja Tuhan ( I kor 3:9). Ia memberikan perintah sesuai dengan kehendak-Nya atas segala sesuatu yang berhubungan dengan tuaian itu; kapan dan dimana para pekerja akan bekerja, dan berapa lama. Mereka yang ingin ambil bagian dalam pekerjaan menuai itu boleh merasa terhibur bahwa Tuhan sendirilah yang memimpin, yang pasti akan mengatur segala sesuatunya dengan sempurna.

b) Para pelayan Tuhan adalah, dan harus menjadi pekerja-pekerja dalam tuaian Tuhan; pelayanan adalah sesuatu pekerjaan, dan harus dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pelayanan itu adalah pekerjaan menuai, suatu pekerjaan yang dibutuhkan. Pekerjaan ini menghendaki agar segala sesuatunya harus dilakukan pada masanya, dan dibutuhkan ketekunan untuk menuntaskannya. Namun pekerjaan ini sungguh menyenangkan; mereka menuai dengan sukacita, dan sukacita yang dirasakan para pengabar injil disamakan dengan sukacita diwaktu panen (Yes. 9:2-3). Orang yang menuai menerima upahnya; upah pekerja yang menyabit rumput diladang Tuhan tidak akan ditahan, seperti upah buruh yang digambarkan dalam Yakobus 5:4.

c) Tuhanlah yang mengirim pekerja-pekerja, sedangkan Kristus mempersiapkan pelayan-pelayan-pelayan Tuhan (Ef. 4:11), Dialah yang menetapkan pekerjaan, menentukan persyaratannya, dan memberikan panggilannya. Orang yang bekerja tanpa diutus, yang tidak memenuhi syarat, dan tidak mendapat panggilan, tidak akan diakui maupun dibayar sebagai pekerja. Bagaimanakah mereka dapat memberitakan Injil, jika mereka tidak diutus?

d) Semua orang yang mengasihi Kristus dan mengasihi jiwa-jiwa harus menunjukkannya dengan berdoa secara sungguh-sungguh kepada Tuhan, terutama apabila tuaiannya banyak, agar Dia mau mengirimkan pekerja-pekerja yang sangat ahli, setia, bijaksana, dan rajin untuk mengerjakan tuaian-Nya. Mereka juga harus berdoa agar Dia mau membangkitkan pekerja-pekerja yang sesuai dengan kehendak-Nya, untuk mempertobatkan para pendosa dan meneguhkan orang-orang beriman.

Dari semua hal-hal diatas, marilah kita semakin menyadari bahwa kita para pelayan Tuhan sangat dibutuhkan dalam ladang pelayanan, khususnya jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus. Jadikanlah pesan/amanat Agung Tuhan Yesus menjadi tanggung jawab dan kewajiban dalam hidup kita.

Ayat penutup; Matius 28:19-20

Selasa, 21 April 2009

“KWALITAS IMAN SAHABAT TUHAN”


OLEH: ERWIN SIMANJUNTAK


“KWALITAS IMAN SAHABAT TUHAN”

YAKOBUS 2:14-26

Surat Yakobus melanjutkan topik yang sudah dimulai dari Yakobus 2:1 yaitu “jangan memandang muka…” dan menghina orang miskin. Mulai Yakobus 2:14 perhatian Yakobus diarahkan kepada pemberian bantuan kepada saudara seiman yang berkekurangan. Iman kepercayaan perlu diwujudkan melalui perbuatan yang nyata. Sebab dalam kehidupan orang percaya, imannya hanya sekedar teori saja, dan kadang masih sangat sulit untuk melakukan tindakan untuk menyatakan iman itu. Inilah yang sedang di hadapi oleh Yakobus pada saat itu yaitu orang Kristen Yahudi yang menyatakan iman mereka hanya sekedar teori saja. Inilah sifat buruk yang dialami oleh Kristen Yahudi berbicara hanya dimulut tapi tidak melakukannya. Mereka ini dapat disebut “Tong….Kosong…Nyaring…Bunyinya”. Berbeda dengan orang yang dihadapi oleh rasul Paulus, yaitu orang-orang Yudaisme yang menganut paham bahwa dengan melakukan perbuatan kebaikan akan mendatangkan atau mendapat keselamatan, sehingga rasul Paulus harus menuliskan surat Roma untuk menentang orang-orang Yudaisme yaitu “Keselamatan diperoleh hanyalah dengan Iman..” atau Sola Fide bukan karena perbuatan kebaikan. Karena ajaran Yudaisme pada saat itu sangat kuat mempengaruhi orang-orang yang sudah percaya sehingga rasul Paulus cepat-cepat menuliskan surat Roma.

Can faith save him? The meaning here is, that that faith which does not produce good works, or which would not produce holy living if fairly acted out, will save no man, for it is not genuine faith. Ini adalah pendapat Barnes. Di sini Maksud/Artinya adalah, iman itu itu yang tidak menghasilkan pekerjaan baik, atau tidak akan menghasilkan hidup kudus jika [secara] wajar diperankan/atau dilakukan, akan tidak menyelamatkan orang, sebab iman seperti ini adalah bukan iman sungguh-sungguh atau iman yang tulus.

Iman merupakan Anugrah Tuhan yang diberikan kepada setiap orang percaya. Tuhan menginginkan tindakan kita untuk mengaplikasikan iman kita tersebut. Iman bukanlah sesuatu yang pasif untuk menjalani kehidupan ini, tetapi iman itu harus aktif sehingga menghasilkan suatu perbuatan yang sesuai dengan iman tersebut.

Tulisan Yakobus ini memiliki kemiripan dengan tulisan Paulus yaitu Teori dan Practical, dapat kita lihat dalam Ps. 1:6; 1:22; 2:14-26.

“Tuhan Akan Selalu Menyatakan Kuasa-Nya Ketika Kita Bertindak Sesuai Dengan Iman Kita”

Bagaimana posisi iman kita supaya kita juga disebut sebagai “Sahabat Tuhan” seperti Abraham?

  1. IMANKU MEMOTIVASI UNTUK BERBUAT (Ay 14-17)

Perjalanan hidup manusia sangat membutuhkan yang namanya berusaha, bukan hanya sekedar ngomong. Seorang sahabat Tuhan harus memiliki Iman yang menuntun untuk melakukan atau berbuat. Dalam pengertian yang menjadi mesin untuk bertindak adalah iman.kita bukan hanya berkata-kata dengan iman akan tetapi termotifasi untuk bertindak sesuai dengan iman kita tersebut. Orang Kristen Yahudi banyak mengaplikasikan iman yang kosong, seperti halnya dalam kisah seorang pemuda yang dipukuli orang lalu tergeletak dijalan. Dua orang Yahudi sedang melewati pemuda itu tetapi tidak menolongnya, seperti inilah yang diumpamakan dalam ayat 14-17.Orang Kristen Yahudi ini adalah orang-orang yang sudah percaya dan memiliki iman akan tetapi mereka tidak mau berbuat atau bertinda dalam kasih yang sesuai dengan iman mereka. Jadi mereka ini adalah orang-orang yang memiliki inam yang kosong.

Oleh sebab itu janganlah kita berkata-kata untuk mengaplikasikan iman kita akan tetapi perlu tindakan atau perbuatan. "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu.Ayat 16 ini bukanlah seharusnya kita berkata-kata akan tetapi iman kita itu menuntun kita untuk bertindak. Siapa yang hidup berkekurangan yang dimaksud dalam ayat 15 dan 16 ini? Tidak lain bahwa mereka ini adalah saudara seiman. Jadi ketika saudara seiman kita sedang membutuhkan pertolongan, jangan lah kita hanya berkata akan tetapi memberi jalan keluar. Sebab seseorang yang memiliki kwalitas seorang sahabat Allah adalah imannya itu menjadi penuntun untuk berbuat sesuatu. Sehingga kita bukan hanya menguntungkan orang lain akan tetapi orang lain juga bisa menilai kita bahwa kita adalah orang-orang yang memiliki iman yang nyata. Hasan Sutanto mengatakan “Iman yang disertai dengan perbuatan adalah kehidupan yang mendatangkan berkat”. Dalam kondisi seperti ini jelaslah untuk mendapat berkat itu jangan hanya mengandalkan iman saja melainkan perbuatan.

  1. IMANKU YANG BERTINDAK (Ay 18-20)

Iman merupakan anugrah Tuhan yang diberikan bagi setiap orang percaya. Dan iman ini harus diaplikasikan oleh setiap orang percaya melalui tindakan atau perbuatan yang nyata. Dalam perikop ini kata “Iman” merupakan kata yang aktif dan bukan pasif. Makanya orang yang kecil imannya bukan karena tidak mampu/kurang mampu untuk percaya, akan tetapi karena kurang aplikasi iman itu yaitu tindakan. Besarnya Iman diukur dari sejauh mana orang percaya bertindak atau melakukan sesuai dengan iman kita tersebut. Sebab kalau tidak dengan tindakan sama saja kita seperti yang dituliskan oleh Yakobus yaitu “setan-setanpun juga percaya…..”. Iman yang sungguh-sungguh terlihat ketika kita juga bertindak.

Ronald mengatakan bahwa: “Keberhasilan diukur dari besarnya Iman yang kita miliki dan juga yang disertai dengan Perbuatan”. Omong kosong kita berkata bahwa “Saya akan berhasil…..” padahal tidak berbuat apa-apa. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perbuatan untuk menunjukkan iman kita tersebut. Keberhasilan akan dipengaruhi oleh Iman dan perbuatan. Seorang sahabat Tuhan jangan hanya menanti mujizat supaya diturunkan oleh Tuhan akan tetapi bertindaklah sebab ketika kita berbuat.

Iman yang tanpa perbuatan bukan saja tidak berguna bagi diri kita, juga tidak bermanfaat bagi orang yang membutuhkan bantuan. Tuhan Yesus melakukan mujizat, Dia juga melakukan tindakan, seperti menyembuhkan orang buta Dia harus mengoleskan tanah dengan tangan-Nya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus tidak hanya sekedar berbicara melainkan juga melakukan tindakan. Sehingga objek yang sedang membutuhkan pertolongan juga mendapat keuntungan.

Demikian juga yang dilakukan oleh seorang janda, setelah nabi Elisa menyuruh janda tersebut untuk mengisi minyak kedalam buli-buli. Seorang janda ini bukan hanya percaya kepada nabi Elisa ini melainkan dia melakukan apa yang disuruh oleh nabi Elisa tersebut.

Jangan sampai kita diistilahkan seperti “setan-setan juga percaya kepada Tuhan…” (ay. 19). Iman kepercayaan seperti ini bukanlah iman kepercayaan yang sejati, karena didalamnya tidak ada pertobatan dan kasih. Oleh karena itu jikalau memiliki iman kepercayaan yang sejati milikilah juga perbuatan dalam kasih yang sesuai dengan iman kepercayaan kita tersebut.

  1. IMANKU BERBUAT DEMI KEBENARAN (Ay 20-26)

Perlu kita ketahui bahwa setiap orang percaya tidak selamanya memiliki motivasi untuk selalu berbuat kebenaran, akan tetapi sering orang percaya masih kompromi dengan dosa sebab masih tinggal dalam kedagingan. Sudahkah kita memiliki iman yang mengarahkan untuk berbuat kebenaran? Atau sebaliknya kompromi dengan dosa?

2 Korintus 13:8 Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran. Kebenaran yang dalam bahasa Yunani ἀλήθεια” atau aletheia yang berarti kebenaran sejati. Melakukan kebenaran itu memang sulit tapi bagaimanakah usaha Rahab berbuat untuk kebenaran itu → Rahab menyatakan imannya itu melaui pertolongan yang dia berikan kepada dua orang pengintai. Apa yang melandasi Rahab untuk bertindak demi kebenaran tersebut?

a. Karena Rahab mengenal dan percaya kepada Tuhan orang Islael (Yos. 2:9-13)

b. Dia mau mempertaruhkan jiwanya demi kebenaran (Yos. 2:12-13)

Inilah yang dilakukan oleh Rahab, dia bukan hanya memiliki iman kepercayaan kepada Tuhan akan tetapi dia juga berani berbuat untuk Aletheia. Sehingga semua yang dilakukan oleh Rahab diperhitungkan Tuhan sebagai sesuatu yang benar dihadapan Tuhan. Rahab membuat imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya dan oleh perbuatan-perbuatannya itu iman kepercayaannya menjadi sempurna (Ay.22). Dalam ayat 22 ini menegaskan pentingnya perbuatan.

Demikian juga dilakukan oleh Abraham “Sahabat Tuhan”, iman Abraham sungguh-sungguh mengerti maksud Tuhan, sehingga ia harus melakukan tindakan untuk menyenangkan hati Tuhan yaitu mempersembahkan anaknya Ishak kepada Tuhan. Hal ini sangat menguntungkan bagi Abraham terlebih bagi Tuhan, sebab iman Abraham bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya.

Mengapakah Yakobus mengambil Abraham dan Rahab, dua orang yang begitu kontras? Padahal begitu banyak pemimpin, imam dan nabi sebagai contoh, kedua tokoh ini juga sangat berbeda dalam banyak hal: Abraham seorang Yahudi, Rahab adalah Non-Yahudi; Abraham seorang kaya dan terhormat dan Rahab miskin dan tidak terhormat. Dengan membandingkan Abraham dengan Rahab penulis kitab ini atau Yakobus memberi nasihat kepada setiap orang yang percaya: baik orang kaya maupun orang miskin perlu memiliki iman kepercayaan yang diwujudkan dalam perbuatan. Milikilah Iman kepercayaan yang diwujudkan dalam perbuatan.

TUHAN YESUS MEMBERKATI

Minggu, 19 April 2009

MAJU BERSAMA KRISTUS


OLEH: ERWIN SIMANJUNTAK


MAJU BERSAMA KRISTUS

FILIPI 3:13-14

Perjalanan orang percaya menjalani hidup ini penuh dengan tantangan dan problema hidup, sehingga kadang orang percaya harus mengalami yang namanya tersandung, jatuh, bahkan sering mengalami kegagalan. Hal ini memungkinkan terjadi karena ada hal-hal yang harus kita koreksi dalam diri kita. Bagaimanakah kita mungkin kita mampu atau bsa berjalan dalam kebenaran, akan tetapi tidak ada prinsip yang kita pegang dalam Tuhan? Oleh karena itu untuk kita bisa maju didalam Tuhan, libatkan Tuhan dalam setiap kondisi perjalanan hidup kita ini.

“Memprioritaskan Tuhan dalam hidup akan memampukan kita untuk tetap maju dalam kebenaran serta menjalani hidup yang penuh dengan problema hidup”

READY TO GO A HEAD?START IT NOW..!

MATI – BANGKIT – MAJU (BERLARI,BERGERAK)

IF YOU WANT TO GO A HEAD:

  1. FORGIVE YOUR PAST

LUPAKAN APA YANG DIBELAKANGMU (FLP 3:13-14)

Salah satunya cara untuk bsa kita berjalan dengan tenang dan lebih cepat yaitu dengan cara meninggalkan ataupun melupakan apa yang ada dibelakang kita. Dalam Efesus 4:31 mengatakan “segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan”. Ayat ini memberikan pengertian yang sangat mendalam dalam mengatasi problema hidup ataupun menjalani hidup. Dengan melupakan atau melepaskan semua ini maka kita akan mendapat kelegaan atau sukacita dari Tuhan.

Paulus membuat suatu tujuan hidup, karena ia telah melihat sekilas kemuliaan sorga (2 Kor. 12:4) dan telah memutuskan bahwa dengan kasih karunia Tuhan seluruh kehidupannya akan berpusat pada tekadnya untuk maju terus agar pada suatu hari ia akan mencapai sorga dan berhadapan muka denga Kristus.

Tekad seperti ini perlu bagi kita. Sepanjang kehidupan kita bermacam-macam gangguan dan pencobaan, seperti kekhawatiran hidup, kekayaan, keinginan daging ataupun yang jahat sangat mengancam untuk menghalangi kita kepada Tuhan (Bd Mrk. 4:19; Luk. 8:14). Yang kita perlukan ialah melupakan apa yang telah dibelakang kita” yaitu dunia kehidupan kita yang lama, yang mungkin kita sering berbohong, selingkuh, akar pahit, kebencian dll. Kata “melupakan” dalam Yunani “ἐπιλανθανὀμενος” yang mempunyai arti suatu keharusan untuk melupakan hal-hal tertentu seperti kejahatan.

- KOL 3:5-8

  1. HADAPI APA YANG DIDEPANMU (1 Korintus 9:24-27)

Paulus menekankan supaya dalam pertandingan kita serius dalam menghadapi apa yang didepan kita. Dengan adanya pengarahan pada apa yang di depan kita maka kita akan berani menghadapi apa yang didepan kita. Paulus membuat prinsip bagaimana supaya orang percaya maju begitu rupa dan menghadap apa yang dibelakang kita, dengan suatu pandangan yang positif yaitu berani menghadapi sesuatu akan memperoleh suatu mahkota (ay. 25).

Perjuangan Yesus Kristus dalam membawa salib menuju Golgata, menjadi teladan bagi semua orang Kristen. Dan perjuangan menghadapi apa yang didepan kita itu akan dapat menghasilkan kemenangan. Siksaan yang dihadapi oleh Yesus menuju Golgata itu sangat mempunyai arti bagaimana kita hidup sebagai orang Kristen menghadapi cobaan dalam hidup ataopun menghadapi problema kehidupan kita. Apakah kita mampu menghadapinya atau apakah kita akan mundur. Mundur melambangkan kekalahan, akan tetapi MAJU trus melambangkan kemenangan. Seperti yang telah dilakukan oleh Yesus Kristus “MAJU TRUS” hingga Dia mencapai tujuan dan kemenangan yang sudah dinanti-nantikan. Hingga Yesus berkata “Have a finish”, atau “Sudah selesai”.

  1. KNOW THAT FUTURE IS YOURS

KETAHUILAH MASA DEPANMU INDAH

- MZM 37:37 (AKAN ADA MASA DEPAN)

Pemazmur mengatakan bahwa setiap orang yang mengandalkan Tuhan dalam perjalanan hidup akan mengalami dan mendapat masa depan yang indah. Yesaya 46: 4 “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa rambutmu Aku menggendong kamu, Aku telah melakukannya dan menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Ini adalah janji Tuhan dan jaminan bahwa kita akan memperoleh masa depan yang indah didalam tangan Tuhan. Oleh karena itu majulah terus di dalam Tuhan

- YER 29:11 (MASA DEPAN YANG PENUH HARAPAN)

Dalam perjuangan didalam Tuhan maka kita akan memperoleh Kemenangan didalam-Nya. Dalam perjuangan ini kita akan memperoleh mahkota yang sudah disediakan Tuhan yaitu:

Mahkota kebenaran (2 Tim. 4:8)

Mahkota kehidupan (Yak. 1:12)

Mahkota kemuliaan (1 Pet. 5:4)

Mahkota abadi (1 Kor. 9:25)

Mahkota kemegahan (1 Tesalonika 2:19)

PLAN YOUR WORK

AND

WORK YOUR PLAN

Kamis, 16 April 2009

Kematian Kristus menjadi Sentral Kemenangan Hidup Orang Kristen


OLEH: ERWIN SUDARMONO SIMANJUNTAK

KEMATIAN KRISTUS MENJADI SENTRAL KEMENANGAN HIDUP ORANG KRISTEN

MARKUS 15:20b-41

Kata “kematian” dalam seluruh Alkitab terdapat 62 kali disebut. Kematian dalam basaha inggris “dying = mati, meninggal, tutup usia yang diidentikkan dengan sengsara/mengerikan” dan “Death = meninggal dunia, kematian, kebinasaan, maut”. Kematian Tuhan Yesus yang dimaksudkan disini yaitu “dying”. Tuhan Yesus telah mengalami ini, sepanjang pengalaman-Nya membawa Salib mulai dari Istana raja Pilatus sampai kebukit Golgata menjadi pengalaman-Nya yang sangat mengerikan dan sangat menyakitkan, tetapi Tuhan Yesus melewati semuanya itu yang walaupun banyak orang menentang-Nya, menghina-Nya, menyesah-Nya ataupun melontarkan hal-hal yang salah terhadap DIA bahkan Mengatakan bahwa Dia adalah orang berdosa.

BARNES mengatakan “Kematian Tuhan Yesus yaitu kematian yang mengerikan, dalam pengertian sesuatu yang setara dengan sekarat atau yang menunjukkan bahwa Ia diunjukkan kepada kematian kejam”.

Kematian Yesus menjadi awal dari kemenangan setiap orang yang percaya. Kematian Yesus juga bukanlah merupakan kejadian atau kondisi yang membawa diri-Nya kepada sesuatu Misi yang salah akan tetapi DIA telah melakukan Misi yang benar yang walaupun kelihatannya bahwa Yesus mengalami kekalahan. Akan tetapi di dalam Kematian-Nya disitulah letak Kemenangan-Nya.

Tujuan yang dicapai oleh kematian Kristus yaitu kemenangan atas kuasa dunia, yang melibatkan konsep dunia roh yang jahat yang tak kelihatan. Manusia berada dalam perhambaan dan perbudakan bukan hanya kepada dosa, kematian melainkan juga kepada dunia rohaniah yang jahat. Misi Kristus yaitu untuk menghancurkan segala perbudakan dosa yang ada didalam dunia dan yang ada didalam diri manusia. Oleh karena itu Kematian Kristus Yesus di bukit Golgata adalah untuk merekonsiliasi (menyatukan,menggabungkan, memulihkan, disesuaikan, dilunaskan, diperbaiki), menyelamatkan dan menyadarkan.

“KEMATIAN YESUS KRISTUS MENJADIKAN ORANG-ORANG YANG PERCAYA KEPADA-NYA MENJADI LEBIH DARI PADA PEMENANG”

Mengapa kematian Kristus menjadi sentral kemenangan hidup bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya?

1. Kematian Kristus bukan memisahkan tetapi Rekonsiliasi (ay. 27-28)

Rekonsiliasi adalah Karya Tuhan melalui kematian Kristus, dan yang membuat orang berdosa dibawa dari permusuhan Tuhan kepada suatu keadaan persekutuan rohani dan keharmonisan dengan Dia. Itu adalah suatu gerakan dari keterasingan pada pemulihan.

Kematian Kristus menjadikan rekening dosa kita boleh dikatakan berimbang dalam istilah lain lunas atau tidak ada hutang lagi sehigga kita tidak lagi mempunyai utang dosa yang tidak dapat kita bayar. Walaupun ini belum tentu focus Roma 5:10, istilah rekonsiliasi sering dipakai dalam akuntansi. (a). Kita berbicara mengenai merekonsiliasi rekening Koran kita dengan checkbook kita untuk memastikan bahwa angka dikedua tempat itu cocok dan kita tidak menulis cek kosong dimana-mana. Kerusakan karena rekening Koran yang tidak direkonsiliasi, sudah jelas, sama seperti hubungan yang tidak direkonsiliasi antara hubungan Tuhan dengan manusia berdosa atau keretakan dalam persekutuan. (b). Rekonsiliasi juga berhubungan dengan dihilangkannya permusuhan dan pemulihan keharmonisan dalam suatu hubungan. Artinya ialah karena tembok yang memisahkan pihak-pihak yang memisahkan pihak-pihak yang bermusuhan telah dibongkar; keretakan antara mereka sudah pulih.

Demikian juga halnya, dalam ayat 28 dikatakan bahwa “..Ia akan terhitung diantara orang-orang durhaka”, dalam pengertian bahwa Dia berada ditengah-tengah orang berdosa atau penyamun (ay. 27). Tetapi apakah tujuan semuanya ini? Hingga Tuhan Yesus harus berada ditengah-tengah orang Berdosa? Tidak lain lagi tujuan-Nya adalah merekonsiliasi orang-orang berdosa dengan Tuhan Bapa. Dan Paulus menegaskan lagi dalam 2 Kor. 5:21”..Ia yang tidak mengenal dosa, telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Tuhan”. Jelas sekali bahwa Yesus adalah Subyek yang merekonsiliasi.

- Oleh karena itu jikalau anda masih memiliki permusuhan, tidak senang, iri hati, sakit hati, perasaan terluka, akar pahit,bahkan rasa benci, seolah-olah rasa ini tidak akan terlupakan, Saat ini mari kita berkata “Tembok-tembok pemisah ini, dosa-dosa pemisah ini kami bersatu hati kami hancurkan didalam Nama Tuhan Yesus”.

- Mari kita merekonsiliasi hidup kita dengan yang memusuhi kita dan yang kita benci (efesus 4:31..”..segala kepahitan,..”) supaya kita diampuni oleh Tuhan (Mrk 11:25..”dan jika kamu berdiri untuk berdoa,ampunilah dahulu….). Ingat sebelum berdoa ampuni dahulu sesuatu yang ada dalam hatimu.

- Dalam Lukas 17:3-4, jadilah menjadi seseorang yang merekonsiliasi.

2. Kematian Kristus bukan DIA diselamatkan tetapi Menyelamatkan (ay. 30-31)

Mengapakah orang-orang farisi dan ahli Tarurat harus bertanya seperti itu kepada Yesus? Karena mereka tidak mengerti siapa sebenarnya Yesus, mereka tidak tahu Misi dari pada Tuhan Yesus dan mereka tidak tahu kehendak daripada Bapa. Dan ini adalah dorongan dari pada niast si iblis, sebab ini adalah suatu cara, sikap yang tampil untuk menghalangi Misi Tuhan Yesus.

“…Orang lain Ia selamatkan, tetapi Ia sendiri tidak diselamatkan..”. Sebenarnya bahwa Tuhan Yesus bukanlah menyelamatkan diri-Nya sendiri, tetapi Misi-Nya adalam menyelamatkan orang berdosa atau yang percaya kepada Yesus. Sebab Tuhan Yesus adalah keselamatan itu (Yohanes 14:6), jadi tidak perlu keselamatan bagi-Nya. Bukan orang sehat yang memerlukan tabib/dokter tetapi orang sakit. Markus 2:17. Jadi Misi Tuhan Yesus adalah memanggil orang yang berdosa.

Mengapa Tuhan Yesus menyelamatkan manusia harus melalui kematian? Karena Tuhan Yesus Rela “mewakili,menggantikan” manusia dari hukuman maut oleh karena Dosa manusia, sebab tuntutan dosa yaitu maut harus terpenuhi atau terlaksana supaya orang berdosa dapat didamaikan atau diselamatkan. Menurut TAYLOR “Kristus dengan rela menempatkan diri-Nya ke bawah kutuk dosa, memasuki kekelamannya yang terdalam, turut bersama manusia menanggung beban dan hukuman yang dasyat, maka sulit menolak bahwa Ia bukan hanya mati “bagi” saya melainkan Ia juga mati “menggantikan” saya, oleh karena kematian-Nya, maka saya tidak akan mati, melainkan akan hidup kekal bersama-Nya”. Dengan kematian-Nya yang merupakan hukuman terhadap dosa, maka Ia melepaskan saya dari pengalaman itu. Dalam ketaatan-Nya menjalani hukuman Tuhan terhadap dosa, maka IOa telah melepaskan saya dari hukuman itu.

Kejadian atau pengorbanan diatas merupakan teladan bagi orang yang sudah diselamatkan, untuk mau berkorban demi Kristus dan terhadap sesame bahkan sekalipun kita harus menyerahkan nyawa kita buat sahabat kita (Yohanes 15:13; Amsal 17:17)

3. Kematian Kristus bukan menentang tetapi Menyadarkan (ay. 29,30,39)

Dalam ayat 29,30 bahwa orang-orang Farisi menentang Yesus ataupun menghujat-Nya karena mereka sangat membenci Yesus. Tetapi Yesus tidak kembali menentang mereka malahan Yesus mengasihi dan menyadarkan mereka. Buktinya bahwa diantara mereka atau salah satu prajuirit sedang melihat atau mengamati kematian Yesus, dia tersadar ataupun percaya bahwa Yesus adalah benar-benar Anak Tuhan dan Mesias.

Hal ini kematian Kristus tidak malah menentang orang-orang yang membenci Dia, dan yang tidak menerima Dia, tetapi melalui kematian-Nya, Dia telah berhasil memenangkan orang yang membenci Dia dan membawa pada perubahan yaitu kesadaran.

Sering kita melakukan sesuatu tindakan bukan malah membuat orang yang membenci kita menjadi sadar akan tetapi malah kita membuat orang itu semakin membenci kita. Jikalau orang membenci kita jangan kita balik membenci dia akan tetapi sebaliknya kita harus mengasihi dia ( Matius 5:39) Supaya apa? Supaya dia tahu bahwa kita tidak membenci dia melainkan mengasihinya. Demikian juga halnya Yesus orang-orang yang membenci-Nya bukan Dia membalas-Nya sehingga dengan kematian-Nya membuat orang banyak bertobat yang sedang melihat Yesus ketika mati.

Kematian Kristus disertai paling sedikit empat kejadian ajaib; kegelapan, terbelahnya tirai di Bait Tuhan, Gempa bumi,dan orang mati bangkit dari kuburan mereka. Sebab itu Kematian Yesus tidak lepas dari perhatian orang. Semua orang tahu bahwa sesuatu yang berarti telah terjadi.

Berilah sesuatu yang berarti buat Tuhan dan juga buat sesama, sebab Tuhan telah menyadarkan kida dari dosa, oleh karena itu kita juga perlu menyadarkan orang dari dosa mereka supaya mereka sadar dan bertobat dari setiap kesalahan mereka, bukan membuat orang semakin membenci kita akan tetapi menyadarkannya (Lukas 17:3) “Jagalah dirimu! Jikalau saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia, dan jikalau ia menyesal, ampunilah dia”.

Tuhan Yesus Memberkati