Selasa, 21 April 2009

“KWALITAS IMAN SAHABAT TUHAN”


OLEH: ERWIN SIMANJUNTAK


“KWALITAS IMAN SAHABAT TUHAN”

YAKOBUS 2:14-26

Surat Yakobus melanjutkan topik yang sudah dimulai dari Yakobus 2:1 yaitu “jangan memandang muka…” dan menghina orang miskin. Mulai Yakobus 2:14 perhatian Yakobus diarahkan kepada pemberian bantuan kepada saudara seiman yang berkekurangan. Iman kepercayaan perlu diwujudkan melalui perbuatan yang nyata. Sebab dalam kehidupan orang percaya, imannya hanya sekedar teori saja, dan kadang masih sangat sulit untuk melakukan tindakan untuk menyatakan iman itu. Inilah yang sedang di hadapi oleh Yakobus pada saat itu yaitu orang Kristen Yahudi yang menyatakan iman mereka hanya sekedar teori saja. Inilah sifat buruk yang dialami oleh Kristen Yahudi berbicara hanya dimulut tapi tidak melakukannya. Mereka ini dapat disebut “Tong….Kosong…Nyaring…Bunyinya”. Berbeda dengan orang yang dihadapi oleh rasul Paulus, yaitu orang-orang Yudaisme yang menganut paham bahwa dengan melakukan perbuatan kebaikan akan mendatangkan atau mendapat keselamatan, sehingga rasul Paulus harus menuliskan surat Roma untuk menentang orang-orang Yudaisme yaitu “Keselamatan diperoleh hanyalah dengan Iman..” atau Sola Fide bukan karena perbuatan kebaikan. Karena ajaran Yudaisme pada saat itu sangat kuat mempengaruhi orang-orang yang sudah percaya sehingga rasul Paulus cepat-cepat menuliskan surat Roma.

Can faith save him? The meaning here is, that that faith which does not produce good works, or which would not produce holy living if fairly acted out, will save no man, for it is not genuine faith. Ini adalah pendapat Barnes. Di sini Maksud/Artinya adalah, iman itu itu yang tidak menghasilkan pekerjaan baik, atau tidak akan menghasilkan hidup kudus jika [secara] wajar diperankan/atau dilakukan, akan tidak menyelamatkan orang, sebab iman seperti ini adalah bukan iman sungguh-sungguh atau iman yang tulus.

Iman merupakan Anugrah Tuhan yang diberikan kepada setiap orang percaya. Tuhan menginginkan tindakan kita untuk mengaplikasikan iman kita tersebut. Iman bukanlah sesuatu yang pasif untuk menjalani kehidupan ini, tetapi iman itu harus aktif sehingga menghasilkan suatu perbuatan yang sesuai dengan iman tersebut.

Tulisan Yakobus ini memiliki kemiripan dengan tulisan Paulus yaitu Teori dan Practical, dapat kita lihat dalam Ps. 1:6; 1:22; 2:14-26.

“Tuhan Akan Selalu Menyatakan Kuasa-Nya Ketika Kita Bertindak Sesuai Dengan Iman Kita”

Bagaimana posisi iman kita supaya kita juga disebut sebagai “Sahabat Tuhan” seperti Abraham?

  1. IMANKU MEMOTIVASI UNTUK BERBUAT (Ay 14-17)

Perjalanan hidup manusia sangat membutuhkan yang namanya berusaha, bukan hanya sekedar ngomong. Seorang sahabat Tuhan harus memiliki Iman yang menuntun untuk melakukan atau berbuat. Dalam pengertian yang menjadi mesin untuk bertindak adalah iman.kita bukan hanya berkata-kata dengan iman akan tetapi termotifasi untuk bertindak sesuai dengan iman kita tersebut. Orang Kristen Yahudi banyak mengaplikasikan iman yang kosong, seperti halnya dalam kisah seorang pemuda yang dipukuli orang lalu tergeletak dijalan. Dua orang Yahudi sedang melewati pemuda itu tetapi tidak menolongnya, seperti inilah yang diumpamakan dalam ayat 14-17.Orang Kristen Yahudi ini adalah orang-orang yang sudah percaya dan memiliki iman akan tetapi mereka tidak mau berbuat atau bertinda dalam kasih yang sesuai dengan iman mereka. Jadi mereka ini adalah orang-orang yang memiliki inam yang kosong.

Oleh sebab itu janganlah kita berkata-kata untuk mengaplikasikan iman kita akan tetapi perlu tindakan atau perbuatan. "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu.Ayat 16 ini bukanlah seharusnya kita berkata-kata akan tetapi iman kita itu menuntun kita untuk bertindak. Siapa yang hidup berkekurangan yang dimaksud dalam ayat 15 dan 16 ini? Tidak lain bahwa mereka ini adalah saudara seiman. Jadi ketika saudara seiman kita sedang membutuhkan pertolongan, jangan lah kita hanya berkata akan tetapi memberi jalan keluar. Sebab seseorang yang memiliki kwalitas seorang sahabat Allah adalah imannya itu menjadi penuntun untuk berbuat sesuatu. Sehingga kita bukan hanya menguntungkan orang lain akan tetapi orang lain juga bisa menilai kita bahwa kita adalah orang-orang yang memiliki iman yang nyata. Hasan Sutanto mengatakan “Iman yang disertai dengan perbuatan adalah kehidupan yang mendatangkan berkat”. Dalam kondisi seperti ini jelaslah untuk mendapat berkat itu jangan hanya mengandalkan iman saja melainkan perbuatan.

  1. IMANKU YANG BERTINDAK (Ay 18-20)

Iman merupakan anugrah Tuhan yang diberikan bagi setiap orang percaya. Dan iman ini harus diaplikasikan oleh setiap orang percaya melalui tindakan atau perbuatan yang nyata. Dalam perikop ini kata “Iman” merupakan kata yang aktif dan bukan pasif. Makanya orang yang kecil imannya bukan karena tidak mampu/kurang mampu untuk percaya, akan tetapi karena kurang aplikasi iman itu yaitu tindakan. Besarnya Iman diukur dari sejauh mana orang percaya bertindak atau melakukan sesuai dengan iman kita tersebut. Sebab kalau tidak dengan tindakan sama saja kita seperti yang dituliskan oleh Yakobus yaitu “setan-setanpun juga percaya…..”. Iman yang sungguh-sungguh terlihat ketika kita juga bertindak.

Ronald mengatakan bahwa: “Keberhasilan diukur dari besarnya Iman yang kita miliki dan juga yang disertai dengan Perbuatan”. Omong kosong kita berkata bahwa “Saya akan berhasil…..” padahal tidak berbuat apa-apa. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perbuatan untuk menunjukkan iman kita tersebut. Keberhasilan akan dipengaruhi oleh Iman dan perbuatan. Seorang sahabat Tuhan jangan hanya menanti mujizat supaya diturunkan oleh Tuhan akan tetapi bertindaklah sebab ketika kita berbuat.

Iman yang tanpa perbuatan bukan saja tidak berguna bagi diri kita, juga tidak bermanfaat bagi orang yang membutuhkan bantuan. Tuhan Yesus melakukan mujizat, Dia juga melakukan tindakan, seperti menyembuhkan orang buta Dia harus mengoleskan tanah dengan tangan-Nya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus tidak hanya sekedar berbicara melainkan juga melakukan tindakan. Sehingga objek yang sedang membutuhkan pertolongan juga mendapat keuntungan.

Demikian juga yang dilakukan oleh seorang janda, setelah nabi Elisa menyuruh janda tersebut untuk mengisi minyak kedalam buli-buli. Seorang janda ini bukan hanya percaya kepada nabi Elisa ini melainkan dia melakukan apa yang disuruh oleh nabi Elisa tersebut.

Jangan sampai kita diistilahkan seperti “setan-setan juga percaya kepada Tuhan…” (ay. 19). Iman kepercayaan seperti ini bukanlah iman kepercayaan yang sejati, karena didalamnya tidak ada pertobatan dan kasih. Oleh karena itu jikalau memiliki iman kepercayaan yang sejati milikilah juga perbuatan dalam kasih yang sesuai dengan iman kepercayaan kita tersebut.

  1. IMANKU BERBUAT DEMI KEBENARAN (Ay 20-26)

Perlu kita ketahui bahwa setiap orang percaya tidak selamanya memiliki motivasi untuk selalu berbuat kebenaran, akan tetapi sering orang percaya masih kompromi dengan dosa sebab masih tinggal dalam kedagingan. Sudahkah kita memiliki iman yang mengarahkan untuk berbuat kebenaran? Atau sebaliknya kompromi dengan dosa?

2 Korintus 13:8 Karena kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat ialah untuk kebenaran. Kebenaran yang dalam bahasa Yunani ἀλήθεια” atau aletheia yang berarti kebenaran sejati. Melakukan kebenaran itu memang sulit tapi bagaimanakah usaha Rahab berbuat untuk kebenaran itu → Rahab menyatakan imannya itu melaui pertolongan yang dia berikan kepada dua orang pengintai. Apa yang melandasi Rahab untuk bertindak demi kebenaran tersebut?

a. Karena Rahab mengenal dan percaya kepada Tuhan orang Islael (Yos. 2:9-13)

b. Dia mau mempertaruhkan jiwanya demi kebenaran (Yos. 2:12-13)

Inilah yang dilakukan oleh Rahab, dia bukan hanya memiliki iman kepercayaan kepada Tuhan akan tetapi dia juga berani berbuat untuk Aletheia. Sehingga semua yang dilakukan oleh Rahab diperhitungkan Tuhan sebagai sesuatu yang benar dihadapan Tuhan. Rahab membuat imannya bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya dan oleh perbuatan-perbuatannya itu iman kepercayaannya menjadi sempurna (Ay.22). Dalam ayat 22 ini menegaskan pentingnya perbuatan.

Demikian juga dilakukan oleh Abraham “Sahabat Tuhan”, iman Abraham sungguh-sungguh mengerti maksud Tuhan, sehingga ia harus melakukan tindakan untuk menyenangkan hati Tuhan yaitu mempersembahkan anaknya Ishak kepada Tuhan. Hal ini sangat menguntungkan bagi Abraham terlebih bagi Tuhan, sebab iman Abraham bekerjasama dengan perbuatan-perbuatannya.

Mengapakah Yakobus mengambil Abraham dan Rahab, dua orang yang begitu kontras? Padahal begitu banyak pemimpin, imam dan nabi sebagai contoh, kedua tokoh ini juga sangat berbeda dalam banyak hal: Abraham seorang Yahudi, Rahab adalah Non-Yahudi; Abraham seorang kaya dan terhormat dan Rahab miskin dan tidak terhormat. Dengan membandingkan Abraham dengan Rahab penulis kitab ini atau Yakobus memberi nasihat kepada setiap orang yang percaya: baik orang kaya maupun orang miskin perlu memiliki iman kepercayaan yang diwujudkan dalam perbuatan. Milikilah Iman kepercayaan yang diwujudkan dalam perbuatan.

TUHAN YESUS MEMBERKATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar